12 Mei 2025
Jakarta//BNNet.Media. Menjelang laga penting melawan Tiongkok pada 5 Juni 2025 dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026, FIFA menjatuhkan hukuman kepada Timnas Indonesia akibat insiden diskriminatif suporter saat menjamu Bahrain,Bulan Maret lalu.
Insiden ini terjadi pada menjelang menit ke-80 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), saat ratusan suporter di sektor utara dan juga selatan meneriakkan slogan xenophobia. Perilaku ini melanggar Pasal 15 terkait diskriminasi dalam regulasi FIFA.
Arya Sinulingga Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI menjelaskan, bahwa FIFA telah mengirimkan surat keputusan resmi kepada PSSI. Surat yang berisi dua sanksi yaitu denda administratif dan pembatasan penonton di laga kandang berikutnya.Surat dari FIFA dengan referensi FDD-23338 tentang Pasal 15 Diskriminasi, keputusan dari FIFA yang menyatakan PSSI harus bertanggung jawab atas perilaku diskriminatif suporter pada saat Indonesia melawan Bahrain yang dimainkan tanggal 25 Maret 2025 lalu,” ujar Arya,hari Minggu, 11 Mei 2025.
Arya Sinulingga menambahkan,bahwa sanksi ini menjadi pengingat perilaku suporter berdampak besar pada perjalanan tim nasional.Dan PSSI berkomitmen menindaklanjuti teguran FIFA ini secara serius.FIFA menjatuhkan denda administratif kepada PSSI karena dianggap lalai mengantisipasi perilaku diskriminatif suporter. Nilai dendanya mencapai ratusan juta rupiah, dan wajib dibayarkan dalam waktu tertentu.Akibatnya yang pertama, PSSI didenda hampir setengah miliar rupiah, atau sekitar Rp400 juta lebih,” katanya.
Arya melanjutkan,denda itu berasal dari pelanggaran terhadap pasal disiplin FIFA. PSSI pun disebut akan memperbaiki prosedur keamanan dan edukasi suporter untuk mencegah kejadian serupa.Selain denda, FIFA juga menjatuhkan sanksi pengurangan kapasitas penonton di laga kandang selanjutnya. Ini akan langsung berdampak pada laga Indonesia vs Tiongkok di Stadion Utama GBK.
Kemudian yang kedua, PSSI diperintahkan FIFA untuk memainkan pertandingan berikutnya dengan jumlah penonton terbatas. Dengan menutup sekitar 15 persen dari kursi yang tersedia, ini terutama di tribune di belakang gawang, artinya di utara dan selatan,”lanjutnya
Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI menyebutkan, lokasi tersebut sama dengan area terdengarnya chant diskriminatif pada laga kontra Bahrain. PSSI kini harus menyusun ulang distribusi tiket dan pengaturan tribun.FIFA memberi kelonggaran agar kursi yang dikosongkan bisa tetap diisi oleh komunitas yang sejalan dengan nilai anti-diskriminasi. Opsi ini dianggap sebagai solusi win-win bagi atmosfer stadion.
FIFA juga memberikan ruang untuk alternatif, boleh saja 15 persen itu diberikan, tapi kepada komunitas anti-diskriminasi, atau komunitas khusus, seperti keluarga, mungkin pelajar atau perempuan.
Saat ini PSSI sedang menyeleksi komunitas yang bisa diundang secara khusus. Mereka tetap harus tunduk pada aturan FIFA dan menunjukkan komitmen terhadap inklusivitas.FIFA mewajibkan PSSI mengirimkan rencana teknis terkait penempatan penonton dalam waktu yang ketat. Semua rencana itu harus dilaporkan dan disetujui oleh FIFA terlebih dahulu.Dan kita harus memberikan rencana kepada FIFA, rencana tempat duduk 10 hari sebelum pertandingan.
Rencana ini akan menyangkut alokasi penonton umum, komunitas, hingga pengaturan zona aman. Proses ini disebut harus transparan dan terverifikasi secara ketat.FIFA tidak hanya ingin tribun diisi secara selektif, tapi juga mendorong pesan edukatif secara visual.
Oleh karena itu, setiap komunitas yang hadir wajib membawa simbol perlawanan terhadap diskriminasi dan mereka harus memasang nanti spanduknya, spanduk anti-diskriminasi. Jadi kemudian FIFA juga meminta kepada PSSI untuk bikin planning rencana komprehensif melawan tindakan diskriminasi di sepak bola Indonesia.
PSSI akan bekerja sama dengan komunitas dan aktivis untuk merancang spanduk edukatif yang relevan. Langkah ini diharapkan bisa mengubah wajah tribun stadion menjadi lebih positif.Sanksi ini menjadi pukulan telak bagi Timnas Indonesia yang tengah memburu tiket ke babak selanjutnya. Namun di sisi lain, hal ini juga menjadi momentum penting untuk membenahi budaya suporter Indonesia,” papar Arya ***
